Peran Keluarga Dan Masyarakat Dalam Menumbuhkan Budaya Literasi | SMAN 2 TRENGGALEK




Peran Keluarga Dan Masyarakat Dalam Menumbuhkan Budaya Literasi

Dalam lingkuran masyarakat indoneisa kebiasaan masyarakat dalam membaca dan menulis masih terbilang sangat rendah. Tak usah jauh menelisik pada masyarakat Eropa seperti Inggris, Prancis, Jerman, atau bahkan di Amerika, di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) saja, kebiasaan membaca dan menulis juga terbilang rendah. Indonesia menempati urutan ketiga terbawah di kawasan ASEAN, atau berada di atas Kamboja dan Laos, hal ini tentu saja bukanlah hal yang patut untuk di bangakan.

Hasil penelitian dari Programme for International Student Assesment (PISA) Tahun 2012 menunjukan bahwa budaya membaca masyarakat Indonesia terburuk kedua dari 65 negara yang disurvey. Bahkan survey dari Biro Pusat Statistik (BPS) menunjukan bahwa indeks membaca masyarakat kita hanya 0,001 yang berarti dari 1000 orang yang disurvey, hanya 1 orang yang suka dengan membaca.

Rendahnya minat baca masyarakat Indonesia ini makin menyebabkan kualitas dan mutu pendidikan di Indonesia juga hanya jalan di tempat atau tidak ada kemajuan dan cenderung mundur.


Berdasarkan beberapa penelitian, penyebab rendahnya budaya baca ini karena masyarakat Indonesia lebih suka menonton televisi (TV), mendengarkan radio, dan bergelut pada dunia maya (internet dan media sosial) dibandingkan dengan membaca buku. Istilahnya, masyarakat Indonesia lebih suka mengirim SMS atau BBM-an, Facebook-an, Youtube-an atau Twitter-an dan bahkan bermain Game dibandingkan membaca buku.


Budaya membaca di Indonesia masih tertinggal jauh dari negara lain. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Programme for International Student Assessment (PISA) 2015, Indonesia menempati urutan ke-68 dari 74 negara yang disurvei tingkat literasinya.

Menurut dosen Magister FITK UIN Jakarta, Jejen Musfah, ada banyak faktor yang menyebabkan tingkat minat baca anak-anak Indonesia rendah. Paling utamanya adalah hal yang paling dekat dengan kita semua, yaitu keluarga. Sebagian besar keluarga di Indonesia belum memiliki budaya membaca yang bagus untuk diterapkan pada anggota keluarganya. "Orang tua tidak terbiasa membaca, mereka lebih memilih menonton televisi. Membaca belum menjadi kebutuhan,"


Kondisi ini diperparah dengan pihak sekolah yang masih kurang maksimal dalam mendorong minat baca siswa. Sekolah yang semestinya memberikan fasilitas membaca bagi murid-murid malah terkesan seolah tidak peduli. "Banyak sekolah tidak memiliki perpustakaan. Jangankan perpustakaan, ruang guru terkadang juga harus disekat dengan ruang kelas. Ini problem besar," ujar Kepala Prodi Magister Manajemen Pendidikan Islam

Sudah semestinya pemerintah di Indonesia mendorong dan lebih maksimal lagi dalam menumbuhkan dan meningkatkan budaya membaca masyarakat Indonesia. Mulai dari memperbanyak kegiatan membaca, baik di sekolah maupun di rumah, hingga pengadaan sarana dan prasarana seperti penyediaan buku-buku bacaan dan pelajaran, baik di perpustakaan sekolah, perpustakaan daerah, maupun memperbanyak taman-taman bacaan disekitar lingkungan masyarakat.


Dari sekian banyak penyebab rendahnya minat baca anak-anak di Indonesia, pemerintah sebenarnya bisa memulai memperbaikinya melalui edukasi keluarga. Pemerintah perlu membuat program Gerakan Cinta Membaca Buku yang dapat disosialisasikan kepada masyarakat. Kampanye gerakan tersebut secara terus-menerus dilakukan melalui televisi, radio, media cetak, atau media online, sehingga masyarakat lambat laun akan tahu dan ikut tergerak untuk meningkatkan minat baca pada lingkup keluarga dan bahkan hingga masyarakat.


Kita patut bersyukur karena penerbit buku yang tergabung dalam Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) terus menerus menerbitkan berbagai macam buku untuk membantu program pemerintah mencerdaskan masyarakat ini. Penerbit juga tak henti-hentinya menyosialisasikan buku-buku yang sudah diterbitkan.


pemerintah juga mengampanyekan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Program ini adalah membiasakan membaca buku anak didik selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai seperti yang sudah diterapkan pada sekolah SMAN 2 Trenggalek. Setelah terbiasa, tahap selanjutnya adalah siswa diminta untuk membuat kesimpulan dari buku yang dibaca. Untuk menambah minat baca pada siswa dan siswinya, Pihak dari SMAN 2 Trenggalek juga akan memberikan hadiah bagi siswa yang paling rajin dalam membaca, hal ini juga dapat meningkatkan minat baca pada anak dengan adanya suatu hadiah yang dapat diberikan atas kerjasamanya membangun indonesia menjadi lebih baik lagi dalam minat membaca.


Banyak upaya lain yang bisa dilakukan, di antaranya; memotivasi setiap anggota keluarga untuk gemar membaca, mendorong para guru di sekolah untuk menekankan pentingnya membaca buku setiap bulan, minimal satu buku per-bulan.

Selanjutnya, meningkatkan kembali ketersediaan buku di perpustakaan dan memperbanyak taman bacaan pada lingkungan masyarakat, meningkatkan promosi dan sosialiasi gerakan gemar membaca, memberikan apresiasi pada kelompok atau personal yang gemar membaca, dan menyediakan buku-buku bacaan yang murah dan berkualitas melalui pameran buku yang dapat dilaksanakan diberbagai kota di Indonesia.

Jika program peningkatan literasi berjalan sesuai target yang di inginkan, maka tingkat minat baca pada masyarakat di Indonesia akan semakin baik. Ini berarti cita-cita Indonesia menjadi negara maju dapat segera terwujud.


Artikel ini diharapkan dapat mendorong pemerintah semakin peduli dan serius dalam upaya menumbuhkan dan meningkatkan budaya literasi pada masyarakat Indonesia. Sebab, banyak manfaat yang diperoleh dari membaca. Di antaranya adalah: (1) meningkatkan pengembangan diri, (2) meningkatkan intelegensi (intelekual), (3) meningkatkan minat dan pemahaman pada suatu bidang ilmu, (4) wawasan semakin luas, dan (5) menjadikan pembaca mempunyai tutur kata yang sopan.

0 Comments


EmoticonEmoticon